Sistem pertahanan yang selama ini diandalkan, kali ini dikabarkan tidak bekerja secara optimal, menyebabkan kerusakan yang cukup signifikan.
Beberapa pihak mempertanyakan kesiapan sistem pertahanan negara tersebut dan menyebutnya sebagai peristiwa yang tak biasa.
Di tengah eskalasi ini, muncul laporan bahwa negara tersebut telah meminta dukungan dari sekutunya, meskipun belum ada tanggapan resmi yang tegas dari pihak luar.
Pengguna platform sosial digital X ramai membahas potensi terjadinya operasi bendera palsu (False Flag) sebagai skenario untuk memperluas konflik.
False Flag, menurut literatur, adalah aksi rahasia yang dilakukan oleh suatu pihak namun diarahkan agar terlihat seperti dilakukan oleh pihak lain.
Tujuannya bisa untuk menciptakan justifikasi politik, militer, atau menggiring opini publik.
Fenomena ini bukan hal baru dalam sejarah. Misalnya:
Insiden Teluk Tonkin (1964)
Digunakan sebagai dasar pelibatan militer Amerika secara besar-besaran di Vietnam.
Kebakaran Reichstag (1933)
Dijadikan dalih oleh penguasa saat itu untuk memperluas kekuasaan otoriter.
Operasi Northwoods (1962)
Sebuah rencana yang disusun oleh lembaga militer besar untuk menciptakan dalih serangan ke Kuba (tidak dijalankan, namun dokumennya pernah dibuka ke publik).
Ledakan apartemen di Rusia (1999)
Dianggap sebagai pemicu konflik, meski ada analisis alternatif yang mencurigai keterlibatan pihak dalam negeri sendiri.
Seorang pengguna X, pada 14 Juni 2025, menuliskan kekhawatirannya bahwa semakin besar tekanan yang dihadapi oleh negara yang sedang diserang, semakin tinggi kemungkinan sebuah peristiwa rekayasa terjadi di tempat lain, yang nantinya diarahkan kepada musuh tertentu sebagai pelaku.
Para pengamat menganjurkan semua pihak tetap kritis dan berhati-hati terhadap narasi yang muncul.
Jika benar skenario seperti itu digunakan, maka dampaknya bukan hanya bagi satu negara, namun bisa memicu konflik global yang melibatkan kekuatan besar dunia.